top of page

Blog

  • Writer's pictureQhansa D.

Terharu dengan Orang Asing yang MELESTARIKAN Musik Tradisional Indonesia

Beberapa waktu lalu, aku membuat polling di Instagram ku tentang "Lebih Penting/Utama Menyelamatkan yang Mana?"

  1. Pendidikan Indonesia yang Tidak Terupdate dengan Perkembangan Zaman

  2. Kebudayaan Indonesia yang Terancam Punah Karena Modernisasi


Menariknya, jawabannya kayak "Dorong-dorongan" dan tinggal 8% lagi bisa jadi 50:50 soalnya ini memang sulit jika harus memilih hanya 1, karena dua-duanya penting. Jadi persaingannya sangat sengit, sampai ada temen-temenku yang protes gara-gara pertanyaannya kesusahan HAHA *maaf ya*.


Kenapa Aku Mempertanyakan Itu?


Jadi begini cerita awalnya...


Saat aku membaca salah satu buku berjudul "Generasi Kembali Ke Akar" yang ditulis oleh Dr. Muhammad Faisal, aku menjadi tahu bahwa:

"Pada Tahun 2030, akan terjadi BONUS DEMOGRAFI, dimana Mayoritas Penduduk Indonesia adalah Penduduk Berusia Produktif (Aktif Bekerja dan Menjadi Pemimpin)."

Bahkan dikatakan bahwa Pada Tahun 2024, diperkirakan terdapat 70% populasi masyarakat yang akan tinggal di daerah perkotaan. Ya, itu juga berarti banyak penduduk dari daerah yang migrasi/pindah ke perkotaan untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lebih tinggi. Sehingga terjadilah urbanisasi, globalisasi, dan modernisasi.


Akibatnya, tradisi dan budaya akan ditinggalkan secara perlahan.

*Note: Aku sarankan teman-teman untuk baca bukunya kalau ingin mempelajari, memahami, dan juga membantu menyelamatkan Generasi Muda Indonesia :D


Dan ada sebuah kalimat yang membuatku terdiam dan berfikir kembali adalah:

"Tantangan TERBERAT Generasi ini adalah Menemukan Jati Diri di tengah hilangnya batas-batas negara juga bangsa" - Buku Generasi Kembali ke Akar, Dr. Muhammad Faisal -


Lalu, Apa Hubungannya Dengan Judul?


Sebelumnya aku mau tanya ini ke teman-teman:

"Berapa banyak orang Indonesia yang tau Kebudayaan/Tradisi Bali?"


Aku yakin Banyak yang tau. Bahkan orang asing aja lebih tau Bali daripada Indonesia (Iya gak?).


Tapi, "Berapa banyak orang Indonesia yang tau Kebudayaan/Tradisi Sumatera Barat, Kalimantan, Maluku, dan daerah lainnya?"


Kayaknya sih Gak Banyak yang tau, orang aku aja gak tau HEHE.


Kenapa hal itu bisa terjadi?


Kalau mau dijawab singkat sebenernya bisa, yaitu:

"Karena Kita Tidak Terekspos Dengan Budaya/Tradisi Daerah-daerah tersebut. Pasti yang lebih sering terekspos tuh Bali (ya karena pariwisatanya juga bagus sih hehe) atau budaya barat."

Namun, disaat keadaan generasi muda Indonesia lebih menyukai hal-hal yang berbau Non-Indonesia, justru sebaliknya, orang luar negeri SANGAT TERTARIK dengan hal-hal yang berbau Indonesia seperti musik tradisional/khas masing-masing daerah.


Dan pada kesempatan ini, aku akan membagikan beberapa orang Non-Indonesia yang JUSTRU Membantu Melestarikan Musik Tradisional Indonesia dengan cara memperkenalkannya melalui Teknologi, Internet, dan Media Sosial.


Diambil dari Website Official Aural Archipelago (https://www.auralarchipelago.com):

"Aural Archipelago is an Online Repository for the Musical Sights and Sounds of Indonesia, the most musically diverse country on the planet. Part digital archive, part blog, Aural Archipelago mixes field recording, video, photography, and in-depth articles compiled from years of travels across the archipelago. The project is the work of Palmer Keen, an American DIY ethnomusicologist based in Yogyakarta, together with a huge network of collaborators and musicians across Indonesia. With this project, the hope is to allow audiences (local and foreign) free access to music that is often difficult or impossible to hear otherwise."

Artinya: "Aural Archipelago adalah repositori online untuk pemandangan dan suara musik Indonesia, yaitu negara dengan musik paling beragam di planet ini. Bagian arsip digital, bagian blog, Aural Archipelago memadukan perekaman lapangan, video, fotografi, dan artikel mendalam yang disusun dari perjalanan bertahun-tahun di seluruh nusantara. Proyek ini adalah karya Palmer Keen, etnomusikolog Amerika DIY yang berbasis di Yogyakarta, bersama dengan jaringan besar kolaborator dan musisi di seluruh Indonesia. Dengan proyek ini, harapannya adalah untuk memungkinkan pemirsa (lokal dan asing) akses gratis ke musik yang seringkali sulit atau tidak mungkin untuk didengar sebaliknya."


Untuk penjelasan dalam audiovisual, bisa tonton video "PALMER KEEN: An American Ethnomusicologist Who Gets Hooked on GAMELAN" oleh Jakarta Globe:


Dari video tersebut, kita tahu bahwa Palmer Keen berasal dari California, Amerika, lulus dengan jurusan sastra. Ia sangat suka mempelajari kebudayaan baru dan akhirnya memutuskan untuk menjadi guru bahasa inggris agar bisa mengelilingi dunia. Lalu, Ia memilih Indonesia karena kesukaannya dengan Gamelan, yang mana diajarkan saat kuliah di Amerika.


Palmer Keen berkata bahwa:

"Aku sendiri Tidak Tahu apa-apa tentang Indonesia, yang aku ketahui hanyalah Musiknya. Malah aku Lebih Tahu Musiknya daripada Negaranya." - Palmer Keen -

Permasalahan yang Ia temukan terhadap Musik Tradisional Indonesia adalah:

  1. Kebanyakan HANYA Dimainkan oleh Generasi Tua (alias orang-orang yang sudah berusia lanjut) yang masih berusaha dan berharap musik tradisional ini tidak akan punah keberadaannya.

  2. Pada zaman sekarang, Tidak Banyak Orang yang Memainkan Musik Tradisional.

  3. Tidak Adanya Generasi Penerus yang Berminat untuk Melestarikan/Menghidupi Musik Tradisional Indonesia.


Palmer Keen juga menjelaskan bahwa:

"Dampak dari Negara yang Menuju Modernisasi, Industrialisasi, dan Globalisasi, yang Memaksa semua Masyarakat dari negara berkembang untuk Menjauhi Gaya Hidup Tradisional. Dan biasanya, Musik Tradisional pasti Tertanam dengan Gaya Hidup Tradisional. Jadi, saat kamu pindah ke cara hidup yang lebih global/non-ritual, seringkali Musik Tradisional tersebut berakhir Ditinggalkan."

Maka dari itu, Palmer Keen berusaha dan berharap untuk Mendokumentasikan Seluruh Musik Tradisional Indonesia sebelum Hilang/Punah dan Membagikannya ke Seluruh Dunia melalui Teknologi.


Terima kasih Palmer Keen atas jasa dan pengorbananmu untuk mendokumentasikan musik tradisional Indonesia. Semoga Aural Archipelago terus berkembang dan semakin banyak orang yang mengenal Musik Tradisional Indonesia.


Untuk teman-teman yang ingin melihat karya-karya Aural Archipelago, bisa cek dan follow:



Siapa sih yang gak tau Gamelan? Bahkan orang-orang dari negara lain tau Gamelan dan PERNAH main Gamelan saat mereka sekolah/kuliah *Gimana Gak Keren?*.


Kalau sebelumnya Palmer Keen menggunakan skill dokumenternya dan membagikannya di internet dan media sosial, sekarang aku akan memperkenalkan seseorang yang menggabungkan Alat Musik Tradisional Indonesia "Gamelan" dengan Robotik.


Siapakah dia?

Yaitu Aaron Taylor Kuffner, yang menciptakan Gamelatron!!!


Apa itu Gamelatron?


Diambil dari Official Website Gamelatron (https://gamelatron.com):

"A Gamelatron is a Sound Producing Kinetic Sculpture presented as site-specific installations, and stand alone art works by Aaron Taylor Kuffner. Gamelatrons are made from bronze and iron instruments derivative of Indonesia’s thousand-year-old sonic tradition Gamelan, retrofitted with mechanical mallets on sculptural mounts. The pieces are connected to a physical computing system that transcribes digital compositions into an array of electrical pulsations that results in a ghostly musical automaton."

Artinya: "Gamelatron adalah patung kinetik penghasil suara yang disajikan sebagai instalasi khusus di lokasi, dan karya seni yang berdiri sendiri oleh Aaron Taylor Kuffner. Gamelatron terbuat dari perunggu dan instrumen besi turunan dari tradisi sonik Indonesia yang berusia ribuan tahun, Gamelan, dilengkapi dengan palu mekanis pada tunggangan patung. Potongan-potongan terhubung ke sistem komputasi fisik yang menyalin komposisi digital ke dalam serangkaian denyut listrik yang menghasilkan otomatika musikal hantu."


Penasaran Gimana Cara Caranya Gamelan Main Sendiri??


Silahkan Cek Video "The Gamelatron Project, 2018" ini:


Gimana menurut kalian? Keren ga?


Setelah aku tonton video itu, aku langsung berpikir "Kenapa Bukan Orang Indonesia yang Buat?" Tanpa merendahkan siapapun, aku Sangat Terinspirasi dengan apa yang dilakukan oleh Aaron Kuffner, yaitu Berani Menggabungkan Suara, Patung, Teknologi, dan Teknis. Ia mencoba menggunakan cara yang tidak biasa dan non-konvensional. Sehingga tidak heran jika Gamelatron telah dipamerkan di seluruh Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Irlandia, Portugal, Rusia, Singapura, Jepang, Thailand, Hong Kong, dan Indonesia dalam 10 tahun terakhir.


Terima kasih Aaron Kuffner telah memperkenalkan Gamelan ke seluruh dunia dengan cara yang luar biasa berbeda!


Untuk teman-teman yang ingin melihat karya-karya Gamelatron, bisa cek dan follow:


Terima kasih teman-teman yang telah menyempatkan untuk membaca.


Semoga Musik Tradisional Indonesia Tidak Punah ya :)


Sampai bertemu di blog post selanjutnya!


bottom of page