top of page

Blog

  • Writer's pictureQhansa D.

13 Film yang Membuat Indonesia Bangga dan Hidup Hari Ini

Tak disangka pandemi COVID-19 ini membuatku nonton banyak film dimana-mana. Sebelumnya, aku udah pernah menuliskan artikel blog dalam Bahasa Inggris, yaitu "13 Film yang Mengubah Pandangan Saya tentang Menjadi Wanita"


Nah, khusus artikel yang ini, aku tujukan untuk:

Kamu yang Masih Punya Harapan untuk Indonesia Agar Selalu Menjadi Negara yang Lebih Baik Lagi

Berikut ini adalah film Indonesia yang aku rekomendasikan:


Sinopsis:

Film SEMESTA berkisah tentang tujuh sosok di tujuh provinsi Indonesia yang bergerak memelankan dampak perubahan iklim dengan merawat alam Indonesia atas dorongan agama, kepercayaan dan budaya masing-masing.
Melalui rangkaian kisah tujuh sosok inspiratif ini, Film SEMESTA mengajak kita berkeliling nusantara dan menikmati kekayaan alamnya, mulai dari titik ujung barat (Aceh) hingga titik ujung timur (Papua) Indonesia. Rangkaian kisah mereka yang merawat Indonesia ini akan mengajak kita semua untuk ikut berperan dalam memelankan dampak perubahan iklim melalui langkah kita masing-masing.

Aku menonton film ini di Netflix, jadi judul bahasa inggrisnya adalah "Island of Faith".


Bagiku, film dokumenter ini menyadarkan diriku bahwa kita tidak bisa egois sebagai manusia. Karena ada makhluk hidup lain yang sebenarnya tinggal di bumi ini, seperti hewan, tumbuhan, dan makhluk yang tak kasat mata lainnya. Aku percaya bahwa kita dilahirkan di Bumi ini bukan tanpa alasan. Pasti ada tujuan Tuhan menciptakan kita semua, jadi kita tidak bisa merusak alam seenaknya saja karena itu juga ciptaan Tuhan.


Kita tahu bahwa di Indonesia terdapat berbagai agama. Tapi bukan berarti karena agama kita berbeda, kita malah saling menyalahkan/menjatuhkan satu sama lain. Tugas kita sebagai manusia yang tinggal di Indonesia sama, yaitu menjaga Alam Indonesia.


Alam gak akan kemana-mana. Bumipun gak akan kemana-mana. Mereka akan terus berevolusi maupun ada perubahan iklim (climate change) atau pemanasan global (global warming). Tapi jika manusia tetap ingin tinggal disini, kita harus berubah. Bukan mereka yang berubah.


Trailer dan Tulisan ini tidaklah cukup untuk menjawab pertanyaan teman-teman. Jadi, aku sarankan kalian tonton film dokumenter ini :D



Film ini baru aku tonton di Netflix beberapa waktu lalu, tapi sebenarnya ini adalah film tahun 2013.


Sokola Rimba adalah sebuah karya yang diproduksi Miles Film (yang membuat film Petualangan Sherina, Ada Apa Dengan Cinta 1 & 2, dll). Film ini diangkat dari Buku Sokola Rimba serta pengalaman Butet Manurung di Hutan Bukit Duabelas, Jambi, Sumatera.


Cerita ini membuat diriku paham bahwa Pendidikan itu bukan tentang mendapatkan "ijazah". Melalui kacamata orang Rimba, yang tentunya bisa bertahan hidup walaupun gak hidup diperkotaan (kayak saya HAHA), mereka memberikan perspektif baru terhadap pentingnya Ilmu Pengetahuan, terutama BACA-TULIS.


Para anak muda yang masih memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dan mereka mau belajar hal baru, pastinya mendapatkan rintangan dalam perizinan dari Keluarga. Bayangkan, Keluarga mereka malah gak mau anaknya belajar, karena katanya:

"Kalau anak mereka belajar/diberi ilmu baru (yang non-rimba), nanti anak mereka bisa meninggalkan tradisi, orang tua, dan bahkan keluar dari rimba."

Kalau dipikir-pikir, mayoritas anak di Indonesia (Di rimba/desa/kota) memiliki MASALAH yang SAMA. Disaat kita ingin mendapatkan ilmu baru (yang gak normal untuk kalangan kita), terkadang ada saja hambatan dari lingkup kecil, yang dinamakan keluarga. Wajar sih, ketakutan-ketakutan yang ada pada orang tua biasanya takut kehilangan anaknya (entah karena merantau atau lainnya).


Intinya, silahkan tonton film ini kalau kalian mau tau tentang kehidupan/cara belajar/sekolah di Rimba. RECOMMENDED!!!



Lagi-lagi ini film yang diproduksi Miles Film dan Mizan Production. Tapi, film ini aku tonton saat aku masih SMP (sekitar tahun 2008) bersama keluarga.


Film Laskar Pelangi merupakan karya adaptasi dari Buku Laskar Pelangi yang ditulis oleh Andrea Hirata.


Film ini sangat mengharukan, menyedihkan, membahagiakan, dan segala emosi campur aduk. Karena:

Film ini bercerita tentang kehidupan 10 anak dari keluarga miskin yang bersekolah (SD dan SMP) di sebuah sekolah Muhammadiyah di Belitung yang penuh dengan keterbatasan.

Perjuangan mereka semua luar biasa untuk belajar dan mendapatkan pendidikan. Secara tidak langsung, kalau aku bandingkan perjuangan belajar mereka dengan diriku, perjuanganku belum ada apa-apanya (ya karena di Jawa memiliki akses pendidikan lebih mudah). Jadi, aku SALUT dengan perjalanan mereka!!!

Dan untuk kalian yang bisa mendapatkan KESEMPATAN untuk SEKOLAH, JANGAN BANYAK NGELUH YA :P


Sang Pemimpi adalah film lanjutan dari Laskar Pelangi (Poin nomer 4 di atas). Bedanya, film ini adalah tentang masa SMA Andrea Hirata (Ikal).


Deskripsi dari Novel:

Tiga tokoh utama dalam karya ini adalah Ikal, Arai dan Jimbron. Ikal tidak lain adalah Andrea Hirata sendiri, sedangkan Arai Ichsanul Mahidin adalah saudara jauhnya yang menjadi yatim piatu ketika masih kecil. Arai disebut simpai keramat karena dalam keluarganya ia adalah orang terakhir yang masih hidup dan ia pun diangkat menjadi anak oleh ayah Ikal. Jimbron merupakan teman Arai dan Ikal yang sangat terobsesi dengan kuda dan gagap bila sedang antusias terhadap sesuatu atau ketika gugup. Ketiganya melewati kisah persahabatan yang terjalin dari kecil hingga mereka bersekolah di SMA Negeri Bukan Main, SMA pertama yang berdiri di Belitung bagian timur.

Sebelumnya mohon maaf untuk para pembaca yang membaca ini, aku hanya memberikan pemikiran pribadi, kalau teman-teman tidak sependapat, silahkan dihiraukan saja ya :)


Jadi, belakangan ini, aku mendapatkan istilah baru dalam hidup, namanya "Privilege" (artinya: Hak Istimewa). Dan semakin banyak orang yang menggunakan istilah ini untuk menjadikan "alasan" untuk tidak bisa meraih impiannya (yang dibilang "ketinggian"). Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap teman-teman yang memiliki pendapat berbeda, saat aku menonton film Sang Pemimpi, aku sadar bahwa NOTHING IS IMPOSSIBLE! (artinya: Tidak Ada yang Tidak Mungkin). Buktinya apa?


Bukti yang aku punya dan akupun gak bisa menyanggah/mengeluh adalah:

Andrea Hirata yang dulu kesulitan untuk sekolah SD dan SMP karena gak ada sekolah di Belitung, tapi pada akhirnya bisa Melanjutkan Studi ke Sorbonne, Paris, Prancis walaupun Banyak Keterbatasan yang harus mereka hadapi dari Kecil.

Lagi-lagi, ini menurut pandanganku loh ya. Mungkin aja temen-temen punya pendapat yang berbeda, jadi gak masalah kok :)


Jadi, jangan lupa tonton Film Sang Pemimpi, terutama untuk teman-teman yang merasa "Mimpinya Ketinggian".


Karena kalau Gak Ketinggian, namanya BUKAN MIMPI :)


Sejujurnya, aku baru tahu bahwa ada sesorang yang berjasa (sebelum Soekarno, Presiden Pertama Indonesia), yaitu Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto, lebih dikenal dengan nama H.O.S Cokroaminoto, merupakan salah satu pemimpin organisasi pertama di Indonesia, yaitu Sarekat Islam (SI)


Dari film ini, perjuangan Indonesia sebenarnya tidak hanya di satu generasi (maksudnya mulai dari Soekarno), melainkan dari beberapa generasi sebelum Soekarno, bahkan SEBELUM negara ini bernama INDONESIA. Hanya saja, tidak begitu kelihatan/tidak terekam jejak di kalangan umum.


Guru Tjokroaminoto adalah Guru dari Para Pemimpin Bangsa.

Kalau teman-teman mau tau juga masa mudanya Soekarno sebelum memulai revolusi, dimana Beliau masih belajar, bisa tonton film ini.



Jujur, aku gak punya kata-kata untuk mendeskripsikan film ini. Intinya, aku banyak belajar tentang Soekarno dan perjuangan para pahlawan untuk Indonesia, walaupun banyak drama rumah tangga.


Jadi, ini adalah sinopsis dari Wikipedia:

Lahir dengan nama Kusno, dan karena sering sakit diganti oleh ayahnya dengan nama Soekarno. Besar harapan anak kurus itu menjelma menjadi kesatria dalam pewayangan layaknya tokoh Adipati Karno. Harapan bapaknya terpenuhi, umur 24 tahun Sukarno berhasil mengguncang podium, berteriak: Kita Harus Merdeka Sekarang!!! Akibatnya, dia harus dipenjara. Dituduh menghasut dan memberontak. Tapi keberanian Sukarno tidak pernah padam. Pledoinya yang sangat terkenal, Indonesia Menggugat, mengantarkannya ke pembuangan di Ende, lalu ke Bengkulu.


Di Bengkulu, Sukarno istirahat sejenak dari politik. Hatinya tertambat pada gadis muda bernama Fatmawati. Padahal Sukarno masih menjadi suami Inggit Garnasih, perempuan yang lebih tua 12 tahun dan selalu menjadi perisai baginya ketika di penjara maupun dalam pengasingan. Kini, Inggit harus rela melihat sang suami jatuh cinta. Di tengah kemelut rumah tangganya, Jepang datang mengobarkan perang Asia Timur Raya. Berahi politik Soekarno kembali bergelora.


Hatta dan Sjahrir, rival politik Sukarno, mengingatkan bahwa Jepang tidak kalah bengisnya dibanding Belanda. Tapi Sukarno punya keyakinan, Jika kita cerdik, kita bisa memanfaatkan Jepang untuk meraih kemerdekaan. Hatta terpengaruh, tetapi Sjahrir tidak. Kelompok pemuda progresif pengikut Sjahrir bahkan mencemooh Sukarno-Hatta sebagai kolaborator. Keyakinan Sukarno tak goyah.


Sekarang, kemerdekaan Indonesia terwujud pada tanggal 17 Agustus 1945. Di atas kereta kuda, Haji Oemar Said (HOS) Cokroaminoto berwejang kepada Sukarno muda: Manusia itu sama misteriusnya dengan alam, tetapi jika kau bisa menggenggam hatinya, mereka akan mengikutimu. Kalimat ini selalu dipegang Sukarno sampai dia mewujudkan mimpinya: Indonesia Merdeka!



Film dari Miles Film (lagi)!! Ini kayaknya aku jadi nge-fans sama Mira Lesma dan Riri Riza :D


Gie mengisahkan seorang tokoh bernama Soe Hok Gie, mahasiswa Universitas Indonesia yang lebih dikenal sebagai demonstran dan pecinta alam.

Film ini diangkat dari buku Catatan Seorang Demonstran karya Gie sendiri, tetapi ditambahkan beberapa tokoh fiktif agar ceritanya lebih dramatis.

Kalau teman-teman sudah menonton film Soekarno, yang jelas-jelas Indonesia TELAH MERDEKA, ternyata masih banyak masalah di dalamnya. Makanya itu mahasiswa ada yang tidak sependapat dengan pemimpinnya dan bahkan harus Demo agar Didengar oleh pemerintah. Jadi menurut aku, demo itu wajar, namanya juga Negara Demokrasi (alias bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka). Cuma ya tetep aja jangan sampai anarkis ya :P


Sejujurnya, aku gabisa paham kalau nonton film ini cuma 1x. Jadi harus berkali-kali nontonnya, sambil googling tentang kejadian pada tahun tersebut (dari politik dan lainnya). Aneh ya? Nonton film bukannya "Refreshing", Kok Malah Mikir? XD


Jadi, untuk teman-teman yang sangat berpikiran terbuka, kritis, dan demokratis, aku sarankan tonton film Soe Hok Gie ini agar wawasan kalian juga terbuka lebar :)



Film Cahaya Dari Timur: Beta Maluku ini diangkat dari kisah nyata, dimana selama 5 tahun terdapat konflik agama di Ambon, Maluku. Namun, Sani Tawainella ingin menyelamatkan anak-anak di kampungnya dari konflik tersebut melalui sepak bola.


Perbedaan agama memang suatu masalah yang besar di Maluku (pada saat itu). Kalau dibandingkan sekarang, mungkin sudah lebih baik. Sepak bola adalah olahraga yang sangat terkenal di Indonesia, sehingga Sani ditugaskan membawa timnya ke Jakarta untuk mewakili Maluku di kejuaraan nasional.


Selain masalah tim sepak bola, film ini juga menceritakan tentang prioritas hidup (yang mana cukup berat sih kalau menurut aku). Sani harus memilih antara mengurus keluarga atau tim sepak bola yang telah Ia usahakan untuk bisa bersatu dan kuat.


Untuk lebih lengkapnya, bisa tonton film ini :)



Olahraga vs Politik. Memang gak akan ada habisnya kalau dibahas. Bahkan sampai sekarang masih aja adalah masalah antara kedua itu.


Sinopsis:

Film ‘3 Srikandi’ mengisahkan perjuangan Indonesia di lapangan olah raga. Tiga putri terbaik bangsa, Nurfitriyana, Lilies, dan Kusuma di bawah tempaan pelatih yang dikenal sebagai Robin Hood Indonesia, Donald Pandiangan berusaha keras mengharumkan nama Indonesia di cabang panahan, Olimpiade Seoul 1988. Perjuangan yang keras demi mendapatkan medali pertama untuk Indonesia ini mendapat banyak rintangan dan hambatan, namun semangat mereka tak pernah padam demi mimpi, demi Indonesia.

Cerita ini tidak hanya menceritakan perjuangan untuk perlombaannya saja. Tapi juga perjuangan masing-masing urusan pribadi para atlit:

  • Nurfitriyana: Impian vs Keluarga

  • Kusuma: Impian vs Tanggung Jawab

  • Lilies: Impian vs Cinta

Sebenarnya kalau dideskripsikan kurang kena perjuangannya. Jadi, aku sarankan teman-teman untuk tonton trailer dan filmnya langsung aja ya. Intinya I LOVE IT SO MUCH!!!



Oke, untuk yang bertanya, "Kenapa aku gak nyantumin Habibie Ainun yang ke-1?"


Kalau boleh jawab jujur, karena film tersebut lebih fokus ke percintaan antara Habibie dan Ainun. Ya, kalau aku sih kurang suka fokus kesitu soalnya HAHA. Jadi aku langsung rekomendasiin yang Habibie Ainun ke-2 aja :P


Film ini menceritakan masa muda dan perjuangan seorang Rudy Habibie (B.J. Habibie, Presiden Ke 3 Indonesia) saat beliau kuliah di Eropa. Dimana pada saat itu (1954) Beliau masih S1 di Universitas Indonesia, Bandung (sekarang bernama Institut Teknologi Bandung). Tapi tahun 1955 langsung "lompat" ambil spesialisasi konstruksi pesawat terbang, di RWTH Aachen, Jerman Barat.


Sinopsis:

Rudy sangat ingin membuat pesawat untuk memenuhi pesan almarhum Papinya: “MENJADI MATA AIR, menjadi berguna untuk orang banyak. Tapi di atas hanya arus membuat keluarga nya berkorban karena dia harus kuliah di RWTH Aachen, Jerman Barat. Di sana Rudy hidup dalam kondisi terbatas, rasa rindu rumah, dan belajar soal arti persahabatan, cinta, juga pengkhianatan bersama para mahasiswa Indonesia yang baru dikenal nya di sana.

Di film ini, aku belajar banyak tentang Indonesia, terutama orang Indonesia yang tinggal di luar negeri. Bayangan tentang "Orang Indonesia yang hidup di luar negeri itu hura-hura", langsung terhapus di benakku (ya atau mungkin ini karena kuliah juga sih ya HEHE).


Lagi-lagi suatu impian pasti terbentur dengan realita. Mulai dari keluarga, ekonomi, politik, kecerdasan, kesetiaan, dan lain-lain. Hidup itu memang MENANTANG (gak mau bilang berat, soalnya tiap orang punya definisi "Berat" yang berbeda).


Intinya, mari tonton film Rudy Habibie (Habibie Ainun 2) ini, untuk kalian yang punya impian besar untuk Indonesia :)


Nah, kalau Habibie Ainun 2 fokusnya ke kisah perjuangan seorang Rudy Habibie, sekarang di Habibie Ainun 3, giliran perjuangannya Ainun Besari saat masih muda dan bercita-cita untuk menjadi Dokter. Padahal pada zaman itu, Perempuan adalah MINORITAS dibidang Kedokteran. Jadi, memang perjuangan yang luar biasa untuk Mendobrak "Stereotype".


Untuk teman-teman yang belum tahu, Beliau berdedikasi tinggi bagi dunia kesehatan (khususnya dalam penanganan penyakit mata di Indonesia). Bahkan Pemerintah Provinsi Gorontalo pada tahun 2013 berinisiasi membangun dan meresmikan Rumah Sakit Provinsi dr. Hasri Ainun Habibie di Limboto, Kabupaten Gorontalo. Jadi, bisa dibayangkan perjuangannya kan?


Untuk kalian para wanita yang masih ragu untuk bermimpi, jangan lupa tonton filmnya yang memahami kisahnya. Karena percayalah, Aku juga seperti kalian :)




Sinopsis:

Susi Susanti sudah mencintai bulutangkis sejak usia 14 tahun dan berkembang menjadi atlet paling dicintai di Indonesia. Di bawah bimbingan pelatihnya, Liang Chiu Sia dan didorong oleh janji kepada Ayahnya, Susi berhasil mendapatkan pengakuan Internasional karena memenangkan medali emas Olimpiade pertama untuk Indonesia. Ketika terjadi gejolak ekonomi, Susi menggunakan kesempatan tersebut untuk menunjukkan kepada negaranya dan dunia bahwa kepahlawanan tidak diukur oleh tingginya kesuksesan seseorang, tetapi oleh kedalaman pengorbanan seseorang. Semua ini didukung dari kecintaan Susi kepada Tuhan, keluarga, bulutangkis, pasangan hidupnya, dan juga Indonesia.

Pada jaman dahulu, menjadi warga negara Indonesia tidaklah mudah seperti sekarang yang bisa membuat KTP (Kartu Tanda Penduduk) jika kita sudah berumur 17 tahun. Perjuangan untuk mendapatkan Surat Kewarganegaraan Indonesia SANGATLAH SULIT bagi mereka yang memiliki keturunan Tionghoa. Padahal kecintaan mereka terhadap Indonesia sangatlah besar, namun tetap saja proses yang harus dilalui sangatlah panjang dan rumit.


Film ini menunjukkan bahwa Nasionalisme seseorang pasti diuji, terutama saat mengahapi permasalahan yang tidak bisa kita kontrol. Seperti kerusuhan yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998, bagaimana caranya seorang atlit bisa membantu mengatasi kerusuhan? Memang bukan pertanyaan yang mudah. Tapi film ini bisa menjelaskan melalui kacamata para atlit bulu tangkis Indonesia yang tetap berjuang untuk negaranya walaupun sedang dalam keadaan krisis.


Jadi, jangan lupa untuk tonton film ini :) #LOVEALL



Oke, film yang terakhir tapi tentunya bukan berarti peringkat terakhir!


Karena aku juga merekomendasikan film ini di artikel blog ku sebelumnya: "13 Movies That Changed My View about Being a Woman" (artinya: 13 Film yang Mengubah Pandangan Saya tentang Menjadi Wanita)


Tahukah Anda apa tujuan hidup perempuan Jawa pada tahun 1800-an?


Jawabannya adalah:

"Tujuan hidup mereka adalah menjadi Seorang ISTRI. Bagaimanapun juga, mereka harus menerima jika mereka menjadi yang kedua atau ketiga atau keempat."

Orang yang boleh sekolah hanyalah para keturunan bangsawan dan orang Belanda. Jika kamu bukan bangsawan (alias pribumi biasa), kamu hanya bisa bekerja. Dan para perempuan, pada zaman itu banyak juga yang sudah menikah diumur 11 tahun (beda ya sama sekarang haha).


Untungnya, ada pahlawan yang memperjuangkan hak pendidikan untuk perempuan, yaitu Kartini. Beliau adalah pelopor pendidikan perempuan di Jawa, bahkan di Indonesia, dengan membuat sekolah untuk perempuan dan orang tidak mampu. Bahkan, Beliau ditawari beasiswa dari pemerintah Belanda untuk sekolah di Belanda, agar perempuan Indonesia tidak hanya pintar mengurus keluarga, tapi juga bisa membuat perubahan. Sayangnya, Beliau harus menikah dan menjadi Raden Ayu, sehingga beasiswa tersebut diberikan kepada Agus Salim dari Padang.


Tanpa pengorbanannya, saya Tidak Akan Bisa pergi ke Sekolah.

Jadi, untuk kamu para pejuang wanita, jangan lupa tonton video ini :D


 

13 Film ini hanyalah beberapa dari banyak kisah nyata yang sangat menyentuh hati. Aku juga percaya bahwa masih banyak cerita orang-orang Indonesia yang bisa mengubah suatu masalah menjadi hal yang luar biasa positif, namun sayangnya tidak terekam dalam bentuk film.


Terima kasih telah membaca dan selamat menonton!!



bottom of page